Pertahanan Koran Indopos dari Lunturnya Media Konvensional
Pada era globalisasi seperti saat ini, dapat kita sadari bahwa hampir setiap jengkal dalam hidup kita ditopang oleh teknologi. Seolah-olah teknologi telah mendarah daging dalam hidup kita, lalu bagaimana nasib mereka yang dulunya telah membimbing dan menjajakan setiap ilmu dalam hidup kita?. Mereka yang tidak meminta balas apapun, mereka yang hanya menjanjikan lembaran halaman per halaman dengan kertas apa adanya. Bagaimana mereka mampu bertahan bersaing melawan kecanggihan teknologi ala globalisasi di zaman modern ini ?. Mereka adalah koran yang setiap halamannya dicetak dan diolah dengan demikian payahnya hingga menjadi media masa konvensional.
Koran Indopos adalah salah satu media konvensional yang saat ini mulai meredup keberadaannya. Indopos merupakan nama surat kabar harian milik grup Interagung Moraindo Tamacitra. Koran ini beredar di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya sejak 25 Februari 2003. Dengan jargon Koran Jakarta Sesungguh-Sungguhnya, Indopos hadir sebagai koran masyarakat kota. Koran ini berisikan berita dan artikel mengenai keadaan sosial, ekonomi, pendidikan hingga permasalahan politik. Pada mulanya, per hari Indopos terbit 40 halaman. Namun seiring naiknya harga kertas akibat imbas kenaikan BBM beberapa kali, manajemen Jawa Pos grup mengurangi jumlah halaman Indopos menjadi 32 halaman.
Selain permasalahan biaya, saat ini koran juga semakin terancam dengan adanya media online dan teknologi terbarukan seperti yang dilansir dari data survei UC Browser 2017 yang menunjukkan bahwa “75.6% pengguna Internet mobile di Indonesia membaca berita di ponsel lebih dari tiga kali sehari, 11.8% diantaranya 2-3 kali sehari dan 11.1% nya satu kali sehari. Data ini juga menunjukkan bahwa 56.5% pengguna Internet di Indonesia rata-rata membaca 4-12 artikel berita per hari”. Hal ini membuktikan bahwa Koran telah sangat jauh dari eksistensinya seperti saat awal kehadirannya. Lalu bagaimana cara Koran Indopos untuk bertahan? Langkah apa saja yang mereka lakukan? Dan seberapa sukses cara tersebut untuk mempertahankan keberadaan koran Indopos sebagai media konvensional?
Sebagai langkah awal, saat ini Indopos berkembang menjadi empat versi koran yaitu versi Jakarta, versi Kota Mandiri, versi Banten dan versi Bekasi. Masing-masing versi berisi halaman lokal yang beredar di kawasan tertentu yang tidak terdapat di versi yang lain. Versi Kota Mandiri hanya beredar di Tangerang. Sedangkan versi Banten beredar di provinsi Banten,
minus Tangerang. Demikian pula versi Bekasi hanya beredar di Bekasi. Kemudian, sejak bulan Juli 2005, Indopos melakukan revolusi dengan mencetak seluruh halaman korannya dengan tinta warna. Kini Koran Indopos menjadi satu-satunya koran harian di Indonesia yang seluruh halamannya berwarna.
Tidak cukup dengan hal itu, Indopos berevolusi dengan menambah rubrikasi nya yang saat ini meliputi berita Nasional, Internasional, Jakarta Raya, Bisnis, Politik, Indotainment, dan Indosport. Hal ini tidak lain sebagai salah satu upaya agar masyarakat khusuh DKI Jakarta tetap tertarik untuk membaca Koran Indopos. Selain itu, Indopos juga mengembangkan sayapnya melalui media online yang saat ini menjadi media terluas yang digunakan dalam mencari informasi dan berita terkini. Hal itu dapat kita buktikan melalui website online Koran Indopos yaitu Indopos.co.id . Pada website tersebut kita dapat mengakses berbagai berita terbaru yang sedang menjadi topik utama maupun berita yang telah tercetak di Koran Indopos. Di website kita juga dapat memasang iklan seperti di media konvensional dengan biaya sekitar Rp.18.000/per iklan digital.
(tampilan dari Indopos.co.id)
Bagi saya pribadi, berdasarkan data yang telah ada dan usaha yang telah dilakukan oleh Koran Indopos mungkin akan lebih baik jika semua itu dilaksanakan secara terstruktur. Disini, saya mengatakan terstruktur dengan maksud jika saja Koran Indopos mengeluarkan aplikasi free dan terkoneksi online dan offline yang dapat diunduh melalui gadget maupun PC. Selain itu, di aplikasi ini juga dapat disediakan jadwal dan topik yang akan dicetak pada media
konvensional yang tidak tertera lengkap di aplikasi. Kemudian dapat diadakan ajang lomba menulis melalui aplikasi tersebut setiap minggunya, yang pengumumannya melalui Koran Indopos. Hal tersebut akan memancing pembaca untuk membeli Koran Indopos demi mengetahui kelanjutan dari topik yang dibahas serta pengumuman pemenang lomba.
Dengan demikian, harapan saya agar Koran Indopos mampu bertahan lebih kuat demi terjaganya media konvensional sebagai bukti bahwa generasi kami tidak lupa akan jasa mereka.Oleh sebab itu, marilah tumbuhkan kembali cinta membaca lembaran koran demi pertahanan dari lunturnya media konvensional. Kesimpulannya, Mungkin Media konvensional telah memudar tapi jangan jadikan alasan untuk menyerah, bangkit dan kobarkan bendera cinta baca media konvensional sebagai bukti hidup yang Nasional.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Indopos
Nb. Jika hendak mendownload file pdf-nya silahkan klik link dibawah ini.
http://www.roemahbudaya.tk/p/01716146285niga-mufti-ayu-sawitrikoran.html
Nb. Jika hendak mendownload file pdf-nya silahkan klik link dibawah ini.
http://www.roemahbudaya.tk/p/01716146285niga-mufti-ayu-sawitrikoran.html
0 comments