Setiap daerah tentunya harus bahkan bisa dihukumi wajib
untuk memiliki ciri khas yang menjadi ikon atau simbol dari keberadaan daerah
tersebut. Seperti halnya daerah Tulungagung, setidaknya harus memiliki ciri
khas kedaerah, salah satunya keberadaan Monumen Manusia Purba Wajakensis.
Mengapa? Karena kalau kita renungkan bahkan kita pikir, keberadaan penemuan
manusia purba homosapiens Wajakensis yang berada di kawasan Tulungagung
selatan, merupakan suatu kebanggaan yang sangat amat, sebab daerah yang kita
banggakan ini merupakan daerah penyokong kesejarahan baik nasional maupun
internasional.
Daerah Tulungagung, merupakan kawasan kecil yang berada di
selatan ibu kota Propinsi Jawa Timur, kurang lebih 125 Km ke arah selatan dari
Kota Surabaya. Daerah ini memang tidak kalah dengan daerah yang lain, berbagai
potensi kesejarahan tersimpan banyak, dan bahkan sebagian belum tergali dengan
apik. Berlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit, potensi kesejarahan khususnya
akan tergali untuk menjadi identitas kebanggaan masyarakat Tulungagung
khususnya, tentunya umumnya bagi kesejarahan nasional maupun internasional.
Saat ini keberadaan kesejarahan skala lokal mulai
dibangkitkan, untuk mewujudkan kesejarahan yang dinamis kenasionalan. Kita
ketahui, keberadaan penemuan Manusia Purba Homosapiens yang diberi nama
Wajakensis ini merupakan kesejarahan yang sudah berskala internasional, dunia
mengakui. Sehingga sangat tepat dan benar, apabila keberadaan Bangunan Monumen
Wajakensis ini dibangun sebagai tugu peringatan simbolisasi penemuan manusia
purba homosapiens. Monumen merupakan simbolisasi apa yang pernah terjadi pada
waktu lalu, Tulungagung Punya monumen Manusia Purba Homosapiens yang bernama
Wajakensis.
* FILOSOFI MONUMEN
Setiap bangunan tentunya memiliki makna yang mewakili dari
setiap keinginan, begitu pula dengan keberadaan bangunan monumen manusia purba
Wajakensis yang akan dibangun di lokasi Distrik Wajak, tepatnya di Tulungagung
kawasan selatan. Manusia purba homosapiens yang ditemukan oleh Eugene Dubois
pada tahun 1889 tersebut merupakan penemuan yang seharusnya menjadi kebanggaan
masyarakat Tulungagung. Namun dikarenakan lemahnya bukti-bukti yang seharusnya
menjadi penyokong kebanggaan warga Tulungagung tersebut telah tiada.
Setidaknya bangunan monumen tersebut mewakili sebagai bukti
pernah diketemukannya tengkorak manusia purba di Tulungagung selatan. Meskipun
keberadaan tengkorak tersebut sekarang berada di Negara Belanda, setidaknya
kita patut bangga karena daerah Tulungagung tercatat dalam dunia kesejarahan
nasional dan internasional.
Monumen ini Terletak di Desa Wajak, Kabupaten Tulungagung
Jawa Timur. Monumen ini merupakan monumen sejarah tentang ditemukannya manusia
Purba pertama di Indonesia.
Lambang C pada Monumen ini mengahadap ke arah Gua lawa,
yaitu tempat ditemukannya fosil manusia purba. Huruf C pada monumen ini
diartikan sebagai Cikal Bakal ditemukannya fosil manusia purba pertama di
Indonesia. Fosil Homo Wajakensis ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889
di desa Wajak, Tulungagung selatan yang berdekatan dengan Pantai Popoh.
Fosil yang asli Homo Wajakensis sekarang disimpan di Museum
Leiden Belanda “Rijksmuseum Van Natuurlijk Historie Leiden” Di dalam Museum ini
terdapat Skestsa tentang situs wajak yg diproduksi ulang oleh Van Brink 1982.
Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, karena termasuk dalam
jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju). Fosil Homo Wajakensis
mempunyai tinggi badan sekitar 130—210 cm, dengan berat badan antara 30-150 Kg.
Volume otaknya mencapai 1300 cc. Manusia purba jenis ini hidup antara
40.000-25.000 tahun yang lalu, pada lapisan Pleistosen Atas. Apabila
dibandingkan jenis sebelumnya, Homo Wajakensis menunjukkan kemajuan.
Makanannya sudah dimasak walaupun masih sangat sederhana dan
sudah mengenal alat alat sederhana dari batu. Tengkorak Homo Wajakensis
memiliki banyak persamaan dengan tengkorak penduduk asli Australia, Aborigin.
Oleh karena itu, Eugene Dubois menduga bahwa Homo Wajakensis termasuk dalam Ras
Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan menurunkan bangsa Aborigin.
Fosil Homo Wajakensis juga memiliki kesamaan dengan fosil manusia Niah di
Serawak Malaysia, manusia Tabon di Palawan, Filipina, dan fosil-fosil
Australoid dari Cina Selatan, dan Australia Selatan.